5 Pilar kehidupan Di Pesantren Dar Maryam

Setelah cuti bersama liburan ujian semester genap dan dilanjutkan dengan cuti idul adha, pesantren Dar Maryam kembali melaksanakan apel pagi rutin pada Senin (18/07/2022).

Setelah libur Panjang kini para santriwati Dar Maryam kembali aktif di pesantren, begitu juga dengan snatriwati baru tahun ajaran 2022-2023, ikut membersamai apel perdana mereka di lapangan terbuka pesantren.

Apel pagi memang sudah setiap hari terlaksa di pesantren, namun sangat spesial untuk hari ini, apel perdana dihadiri oleh para santriwati baru dengan suasana yang baru juga bagi setiap santriwati yang baru bergabung di tahun ini bersama keluarga besar pesantren Dar Maryam.

Apel kali ini dipimpin langsung oleh Mudir Pesantren Dar Maryam, dalam apel tersebut pimpinan mengingatkan kepada segenap santriwati, dewan guru dam asatidzah mengenai 5 Pilar kehidupan di Pesantren diantaranya:

  1. Ikhlas

Ikhlas merupakan salah satu akhlakul mahmudah yang harus dimiliki oleh semua orang. Secara sederhana, ikhlas adalah lawan dari riya yaitu kita melakukan segala pekerjaan ataupun ibadah hanya semata-mata karena ingin mendapatkan ridho Allah subhanahu wa ta’ala.

Ikhlas adalah ruh dari suatu amal perbuatan. Apabila amal perbuatan yang kita lakukan tidak disertai dengan rasa ikhlas, maka hal itu bagaikan jasad sebuah tubuh yang tidak memiliki ruh

Jiwa Ikhlas  ini menciptakan suasana kehidupan di pesantren Dar Maryam yang harmonis  baik sesama santriwati saling menyayangi, saling mendukung dalam belajar tanpa mengharap sesuatu yang tidak mendapatkan ridha Allah.

Jiwa ini juga berefek pada para guru dan asatidzah yang harus saling menghormati, saling berbaik sangka, saling percaya dan tolong menolong sesama menjadi teladan bagi santriwati yang membuat seorang guru dihormati  santriwati yang taat, cinta dan penuh hormat.

Guru yang mengajar ikhlas karena Allah, mendidik para santriwati bukan hanya imbalan dunia semata namun lebih dari pada itu yaitu meraih ridha Allah.

  1. Semangat

Allah menyebutkan dalam Al-Qur’an jangn berputus asa, jangan bersedih. Ini maknanya Allah menyuruh kita semua untuk selalu bersemangat terutama dalam hal kebaikan dan ibadah.

Setiap kita masih diberikan napas, berarti di situ akan selalu ada harapan. Jika kita merasa sangat sulit menghadapi tantangan dalam hidup, maka harapan itu akan datang kepada mereka yang percaya. Tetap berusaha yang terbaik disertai doa, itulah cara terbaik dalam menghadapi tantangan.

Jiwa ini sangat penting terbentuk pada diri santriwati dan juga guru dan asatidzah. Dengan jiwa ini tidak ada lelah yang akan mematahkan sebuah semangat perjuangan, tidak ada kata nanti untuk melakukan suatu yang bermanfaat tepat waktu, tidak ada kata bosan dalam meraih kebajikan. terus melangkah walaupun badai besar menghadang di depan sana.

  1. Sederhana

Hidup Sederhana merupakan nilai kebajikan moral yang tinggi. Dari sikap ini akan melahirkan sejumlah perilaku lain yang terpuji. Hidup sederhana bukan hidup miskin ataupun kemelaratan. Akan tetapi sederhana dalam konteks ini adalah sesuai kebutuhan dan mengandung unsur kekuatan atau ketabahan hati serta penguasaan diri dalam menghadapi perjuangan hidup dengan segala kesulitan.

Para santriwati dengan gaya hidup sederhana tidak membuat mereka mudah iri dan dengki terhadap teman-teman lainnya, maka seharusnya untuk mencegah hal-hal buruk lainnya sudah sepantasnya kehidupan di pesantren itu memiliki kesamaan dalam segala fasilitas baik milik pribadi maupun yang disediakan oleh pesantren.

Begitulah pesantren tidak ada orang kaya dan tidak ada orang miskin, semuanya sama. Inilah yang dinamakan sebuah kesederhanaan di pesantren demi mencegah seseorang dari hal hal yang buruk.

  1. Mandiri

Mandiri itu tidak manja, tidak banyak mengharap apalagi lebih pada orang lain. Yakin dengan kemampuan pribadi. Dengan jiwa ini dapat melejitkan motivasi santriwati Dar Maryam dalam belajar untuk tidak menyerah begitu saja disaat pemahaman tidak kunjung tiba. Serahkan semuanya kepada Allah setelah usaha telah disempurnakan.

Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpesan kepada sahabat-sahabatnya bahwa tidak ada makanan yang lebih baik dari apa yang diperoleh dari keringat sendiri, dan bahwa Nabi Daud tidak pernah makan kecuali dari hasil tangannya sendiri (HR Bukhari).

Abdurrahman bin Auf, setibanya di Madinah dalam perjalanan hijrah dari Makkah, ditawari oleh Sa’ad bin Rabi’ untuk mengambil separuh dari kekayaannya. Namun, ia tidak segera menerima tawaran itu. Ia hanya meminta agar ditunjuki jalan ke pasar untuk berdagang.

Seorang Mukmin adalah pribadi yang selalu mandiri, bekerja keras, tidak segera menyerah pada keadaan, dan tidak mudah tergantung kepada orang lain. Baginya, sempitnya lapangan kerja bukan penghalang, melainkan pemicu semangat untuk membuka lahan-lahan baru yang lebih menjanjikan.

Jiwa ini sejalan dengan   firman Allah subhanahu wa ta’ala, ”Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Arra’du: 11).

  1. Ukhuwah Islamiyah

Jiwa yang terakhir ini merupakan kekuatan bagi setiap snatriwati dan kaum muslimin pada umumnya. Agar senantiasa menjaga keharmonisan dalam hidup sesama.

Arti Ukhuwah menurut Imam Hasan Al-Banna telah menyatakan bahwa Ukhuwah adalah salah satu ikatan hati dan jiwa satu sama lain yang melalui ikatan iman.

Islam dapat menjadikan persaudaraan dengan keimanan dan akan membawa perasaan dalam persatuan dan menenangkan hati manusia, sehingga tingkat Ukhuwah yang sebenarnya adalah memperbanyak persaudaraan.

Dari ukhuwah ini maka lahirlah tingkatan-tingkatannya dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya:

  1. Ta’aruf (Saling Mengenal)
  2. Tafahum (Saling Memahami)
  3. Ta’awun (Saling Menolong)
  4. Takaful (Saling Menanggung)
  5. Itsar (Mendahulukan Orang Lain)

Kehidupan di pesantren dilengkapi dengan suasana persaudaraan yang akrab, kental menjadi jiwa insan didalamnya,  sehingga setiap suka dan duka dirasakan bersama dalam jalinan ukhuwwah Islamiah. Tidak ada sekat yang dapat memisahkan antara mereka.

Ukhuwah ini bukan saja tumbuh selama mereka di pesantren, tetapi juga memberikan pengaruh besar ke arah persatuan ummat dalam masyarakat setelah mereka terjun di lapangan kehidupan yang sesungguhnya.

Lima pilar  ini yang selalu dijadikan keluarga besar Pesantren Dar Maryam sebagai landasan utama dalam menjalankan aktivitas pendidikan sehingga membuat Dar Maryam selalu dinamis dan dapat menghidupkan slogan “Nahwal Afdhal” yang dapat menjadikan  setiap santriwati menjadi seorang yang militan dan dapat menjadi teladan dan ibu yang dapat melhirkan para pemimpin ummat yang shalih, cerdas, a’lim dan hafidz qur’an.

Baarakallahu fiikum.

 

Oleh. Ayah Ertugrul

Artikel Islami