Ada kelahiran ada kematian, ada waktu menanam dan ada juga waktu menuai, adakalanya seseorang ditimpa sakit dan disaat waktunya tiba dengan obat yang tepat ia akan sembuh dengan sendirinya (atas izin Allah).
Ada waktunya untuk menangis dan ada waktunya untuk tersenyum bahagia.
Setiap insan telah melaluinya, langkah demi langkah. Setiap tahapan dalam proses pun telah diperhitungkan dengan cermat, tepat dan tanpa cacat sedikitpun.
Begitulah sebuah proses, ia mengajarkan kita makna sebuah kesabaran dalam menjalani kehidupan, Proses tersebut diciptakan dan di dalamnya terkandung makna luar biasa. Sungguh Allah sebenarnya telah mendidik hamba-hambaNya semenjak ia berada dalam perut ibundanya, tarbiyah istimewa dariNya yakni tentang kesabaran. Ada proses yang harus dilalui dan itu membutuhkan kesabaran.
Berkacalah terhadap kehidupan Nabi Yusuf, bagaimana proses yang begitu sulit dan sangat menyedihkan di awal beliau di uji, terpisah dari orangtuanya, dikhianati oleh saudaranya, dipenjara sebagai tahanan, dijual bak barang bekas yang tiada pemiliknya dengan harga yang sangat murah.
Sampai disitu proses ujian yang beliau alami tidak berhenti begitu saja, masalah demi masalah yang didapat dalam hidup bertubi-tubi. Lisan senantiasa terucap do’a yang tiada henti, semua masalah beliau serahkan kepada Allah sang pemilik alam ini.
Namun lihatlah hasil akhir dari proses yang sangat menyakiti itu, Nabi Yusuf menjadi seorang penguasa di Mesir. Setelah semua rasa sedih beliau lalui, semua itu terbayar sudah cash dari Rabb sang yang mahakuasa atas segalanya.
Sungguh perjalanan yang panjang meraih buah yang sangat lezat, butuh kesabaran dan tidak tergesa-gesa sebagimana Allah jelaskan dalam firman-Nya,
“Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perlihatkan kepadamu tanda-tanda (adzab)-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera” (QS. al-Anbiya’: 37).
Begitulah manusia ia sangat tergesa-gesa dalam segala hal yang ingin dicapai, baru berbuat sedikit namun ingin hasil yang sangat banyak. Ia sangat tergesa-gesa ingin mendapatkan kenikmatan namun ia tidak bersabar dalam sebuah ujian.
Maka bersabarlah wahai saudaraku
Dalam proses panjang ini, sibukkan diri dengan amal shalih. Karena jika diri tidak tersibuk kan dengan hal hal baik maka diri ini akan disibukan dengan hal hal yang buruk.
Perkataan ini sejalan dengan perkataan imam Syafi’i,
ونفسك إن أشغلتها بالحق وإلا اشتغلتك بالباطل
“Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik (haq), pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (batil).” (Al Jawabul Kafi, 109).
Barangsiapa yang waktunya hanya untuk ketaatan dan beribadah pada Allah, maka itulah waktu dan umurnya yang sebenarnya. Selain itu tidak dinilai sebagai kehidupannya, namun hanya teranggap seperti kehidupan binatang ternak.”
Sungguh sangat menyedihkan.
Oleh, Ayah Ertugrul