Akhi muslim, ukhti muslimah!

Kematian adalah sebuah keniscayaan. Ia tidak mengenal tua atau muda, pria atau wanita, bayi atau lansia, orang yang baik atau tidak. Percaya atau tidak, kematian juga akan hadir menjemput orang yang tersayang dalam kehidupan. Ayah, ibu, suami, istri, atau anak.

Masing-masing orang yang kita cintai akan menemukan ajalnya dan memasuki pintunya. Sebelum kita atau setelah kita. Cepat atau lambat. Inilah kenyataan yang kerap membuat banyak orang tidak kuasa menerimanya.
Abu al-‘Atahiyah berkata:

الموت باب وكل الناس داخله ** يا ليت شعري بعد الباب ما الدار
الدار جنة خلد إن عملت بما ** يرضي الإله، وإن قصرت فالنار
هما محلان ما للناس غيرهما ** فانظر لنفسك ماذا أنت تختار

“Kematian adalah pintu, yang semua manusia akan memasukinya,
Duhai ku tahu rumah apa gerangan yang ku tempati setelah pintu itu,
Rumah berapa surga yang kekal ketika engkau beramal,
Yang membuat ridha Ilahi, tapi saat kau lalaikan itu, neraka lah rumahnya,,
Keduanya menjadi tempat tinggal manusia, tidak ada yang lain.
Maka, tataplah dirimu sendiri, apa yang sebenarnya engkau pilih dari pintu-pintu tadi.

Sekilas, kenyataan seperti ini akan terasa pahit, sedih hati, sesak dada. Namun, bagi seorang muslim/muslimah yang beriman kepada Allah Ta’ala dan hari akhir, perkara yang sangat dipahami dan itu pasti akan terjadi. Ya, kematian akan menjemputnya seperti rezeki juga yang pernah mendatanginya. Hanya saja, ia kemudian mempersiapkan amalan terbaik untuk bisa menghadapi kematian itu dengan ketenangan.

Atas dasar keyakinan bahwa kehidupan di dunia hanya sementara dan ada akhirat yang abadi negeri pembalasan terhadap apa yang diperbuat dari amalan baik dan buruk. Semua itu adalah tabungan yang dirasakan manis atau pahit selama-lamanya.

Petuah bijak mengatakan:

إن لله عبادا فطنا ** طلقوا الدنيا وخافوا الفتنا
نظروا فيها فلما علموا ** أنها ليست لحي وطنا
جعلوها لجة واتخذوا ** صالح الأعمال فيها سفنا

“sungguh Allah Ta’ala memiliki hamba yang cerdas,
Mereka menceraikan dunia karena takutkan fitnah,
Mereka lihat, dan mengetahui bahwa tempat ini bukan tempat abadi untuk hamba,
Akhirnya, mereka jadikan amalan shalih sebagai bahtera dalam pelayaran.

Semoga penulis dan pembaca budiman menjadi hamba Allah Ta’ala yang mengerti tentang hakikat hidup yang fana ini, dan menjadi hamba yang cerdas kian mempersiapkan amalan dan kebaikan untuk meraih husnul khatimah hingga nantinya berujung ke Jannah. Aamiin.

 

Oleh, Ustadz M. Hanif, Lc. M.Ag